Jumat, 04 Juli 2008

Global Warming, Anthurium dan Hipokrasi Kita

Oleh : Bambang Haryanto


Inconvenient Truth. “The warnings are rather chilling. Around 2,000 islands will disappear from Indonesia's map due to rising sea levels,” demikian pembuka artikel dari Kanis Dursin di harian The Jakarta Post, 1/5/2007. Peringatan itu terdengar menakutkan. Sekitar 2 ribu pulau akan lenyap dari peta Indonesia akibat kenaikan permukaan air laut sebagai dampak pemanasan global.

Ia lanjutkan bahwa semua kota-kota pantai dan perumahan di tepi laut akan tenggelam. Seperti lelucon dalam foto di atas, bahkan Patung Liberty di AS pun harus menggunakan pelampung agar tidak tenggelam.

Selebihnya, satwa liar, terutama yang dilindungi, akan punah. Banjir, tanah longsor, badai dan angin ribut akan menjadi peristiwa rutin, sementara penyakit akan menghantui seluruh penghuni jagat ini. Walau pun demikian, sebagian besar penduduk Indonesia tidak menyadari angka-angka statistik yang menakutkan itu.

Mereka juga jauh dari siap melakukan aksi konkrit untuk mengantisipasi pemanasan global. Survei ACNielsen menunjukkan 28 persen warga dewasa di perkotaan menyadari ancaman pemanasan global, tetapi hanya separonya yang menganggapnya sebagai masalah yang serius.

Pesan mengenai seriusnya ancaman pemanasan global yang dikampanyekan mantan Wakil Presiden AS, Al Gore, dengan film dokumenter Inconvenient Truth yang meraih Oscar dan mendaulat dirinya sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian, syukurlah bukan pesan yang sia-sia.

Ketika menjelajahi arena Karanganyar Mega Expo Nasional 2008 di kompleks Gedung Wanita Karanganyar, saya menemukan pesan mengenai seriusnya ancaman pemanasan global itu. Tentu saja, pesan satu ini terkait dengan cakrawala pemahaman salah satu pelaku bisnis tanaman hias.

Sebuah terobosan kemajuan. Walau dari arena yang sama kita menemukan manifestasi sikap hipokrit, kemunafikan, pada diri kita sendiri pula. Terjadi di sana apa yang disebut sebagai cognitive dissonance, atau nalar yang tidak nyambung. Simak foto-foto berikut ini :

Photobucket

Pesan dari Benowo. Pemanasan global menurut Agus Kuntoro (kanan, dapat dihubungi di : 08562985031) dari Dhana Mulya Nursery, Benowo, Ngringo, Jaten, Karanganyar ini, antara lain akan membuat berlubangnya lapisan ozon di atmosfir. Keadaan ini akan memperparah bumi dan penghuninya karena hajaran yang lebih masif oleh sinar ultra violet, termasuk menurutnya, akan mempengaruhi kualitas warna daun anthurium. Solusinya adalah dengan menggalakkan penghijauan, tentu saja termasuk penanaman tanaman hias pula.

Photobucket

Anti Kampanye Pemanasan Global. Misi kampanye luhur Agus Kuntoro di atas nampak diametral dengan kebijakan panitia. Kita tahu, pemanasan global antara lain akibat akumulasi gas-gas rumah kaca yang bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil. Siapa biang kerok utama pembakar bahan bakar fosil itu di dunia ? Mobil dan motor.

Photobucket

Sementara itu dalam selebaran dinyatakan bahwa panitia Karanganyar Mega Expo Nasional 2008 telah menyediakan 2 mobil dan 13 motor untuk para pemenang kontes anthurium, hadiah sepeda motor, komputer dan laptop untuk pemenang kontes putri anthurium, dan 2 buah sepeda motor untuk para pengunjung yang beruntung.

Apa yang bisa kita tarik dari kekontrasan ini ? Saya tunggu pendapat Anda.


mf

Selasa, 01 Juli 2008

Batu Indah Di Tengah Dedaunan

Oleh : Bambang Haryanto



Politikus ngumpet. “Under every stone lurks a politician.” Itulah kata-kata dari dramawan komedi Athena, Yunani, Aristophanes (450 M-385 SM). Pada setiap bebatuan akan terdapat politisi yang bersembunyi di sebaliknya.

Pepatah itu rasanya menyambung bila dikaitkan dengan kehidupan kaum politisi yang memiliki motif-motif tersembunyi. Ketika akhir-akhir ini semakin sering kita dengar kabar bahwa anggota DPR Pusat atau daerah ditangkap karena dugaan korupsi, maka ucapan Aristophanes itu belum usang relevansinya sampai saat ini di Indonesia.

Tetapi ketika Anda mengunjungi Karanganyar Mega Expo Nasional 2008, lalu menengok stan dari Reefress Gardening, Anda memang menemui jajaran batu-batu di sana. Tentu saja, tidak ada politikus yang mengumpet di sebaliknya. Di sana akan anda temui pelbagai bentuk seni batu untuk menghias taman.

Semua tersaji secara indah. Dipadu dengan aliran air, dengan pelbagai variasi, totalitasnya menghadirkan sebuah oasis yang meneduhkan. Saya bahkan menyebutnya : di tengah kehidupan yang penuh tekanan dan stres, sajian seni batu yang mereplikasikan alam itu bisa menjadi sebuah terapi yang menjanjikan kesegaran.

Photobucket

Imajinasi bebas. “Konsumen dapat membawa desain mereka sendiri dan kami siap mengerjakannya,” tutur Taufiq yang sedang berpose di depan karya yang berjudul Canting. Nampak tiga replika canting berundak yang mengalirkan air. Kebebasan imajinasi konsumen untuk menciptakan karya yang unik bagi tamannya mendapat apresiasi yang tinggi dari Reefress Media Persada.

Menggusur kebosanan. Stan ini unik. “Kami sedang berusaha mencari jodoh dengan para pebisnis tanaman hias yang banyak berpameran di sini,” kata Taufiq, pria asal Malang, yang menjadi penjaga stan menarik ini. Maksudnya, bagaimana kedua kubu itu mampu mengharmonisasikan antara tanaman hias dengan produk-produk patung batu yang menjadi produk CV Reefress Media Persada dari Yogyakarta ini.

Saya bukan fanatikus tanaman hias semacam anthurium. Tetapi sepanjang yang saya ikuti dari pameran atau pun liputan media, secara visual penampilannya selalu membosankan. Selalu saja potnya dari bahan plastik, warna hitam atau oranye. Ornamennya pun kodian. Hanya fungsional semata, sehingga belum merambah niatan menghadirkan harmoni yang serasi dan menawan antara pot, tanaman dan lingkungan.

Pematung kelas dunia dari Inggris yang terkenal dengan patungnya berjudul “Reclining” (foto atas), Henry Moore (1898–1986), pernah bilang bahwa mematung dengan bahan bebatuan seharusnya menampilkan kejujuran bebatuan itu sendiri. Produk teman-teman kita dari Yogya ini, antara lain Anwar (0274-7143000), Neny (0274-7003000) dan Taufiq (0818270653), telah berusaha keras menampilkan “undang-undang” dari Moore tersebut.

Alamat kontak : CV Reefress Media Persada, Jl. Pangeran Mangkubumi 2 Yogyakarta, Kompleks Pasar Bunga Kedaung Kav. 11. Telepon : 0274-6535353. Fax : 0274-378813. HP : 08522812800.

mf