Rabu, 19 September 2007
Pria Mabuk Gelombang Cinta
Kalau Anda menonton pameran tanaman hias, cermatlah melihat sekeliling. Semoga saya tidak salah, karena menurut pengamatan saya, sebagian besar yang menjaga pelbagai stan itu kebanyakan kaum pria. Ada apa ini ? Kalau selama ini bunga, tanaman hias dan hal yang indah-indah sering dikonotasikan sebagai ranahnya kaum perempuan, tetapi di jaman orang mabuk Jenmanii dan asyik masyuk dalam ayunan pesona Gelombang Cinta, justru kaum pria yang mendominasinya.
Ada dugaan, karena dalam gejolak tanaman hias saat ini sangat kental bau bisnisnya. Juga bau spekulasinya. Tentu saja menyangkut perputaran uang yang tinggi. Apalagi bila mengingat tesisnya Deborah Tannen bahwa di kalangan pria itu lajim terjadi hubungan secara hirarkis, ada yang di atas dan ada yang harus di bawah, kalah-menang, persaingan, maka hal itu pula yang terjadi dalam boom tanaman hias dewasa ini. Secara spekulatif dapat diartikan, dalam boom tanaman hias dewasa ini orientasi utamanya adalah kalah atau menang, untung atau rugi, dalam arti memperoleh atau kehilangan lembaran-lembaran rupiah. Hubungan semacam itu justru yang sering disingkiri kaum perempuan.
Tidak ada yang salah dengan pendekatan bisnis semacam itu. Tetapi alangkah mulianya, bila nilai-nilai keindahan, sentuhan feminitas yang lembut dan manfaat ekologis dari tanaman hias itu juga dimunculkan. Misalnya bagaimana mereka-mereka yang sudah menjadi jutawan itu sukarela menghias arena publik terbuka dengan tanaman-tanaman yang mampu menyedapkan mata, memperteduh suasana dan menyehatkan kita semua warga. Apalagi di tengah ancaman serius bahaya pemanasan global dewasa ini terhadap satu-satunya bumi yang kita huni ini, ikhtiar menanam satu pohon saja sudah merupakan usaha yang bermakna.
Bambang Haryanto
Pemilik tanaman lavender (anti nyamuk)
Jl. Kajen Timur 72 Wonogiri 57612
Warga Epistoholik Indonesia
Ada dugaan, karena dalam gejolak tanaman hias saat ini sangat kental bau bisnisnya. Juga bau spekulasinya. Tentu saja menyangkut perputaran uang yang tinggi. Apalagi bila mengingat tesisnya Deborah Tannen bahwa di kalangan pria itu lajim terjadi hubungan secara hirarkis, ada yang di atas dan ada yang harus di bawah, kalah-menang, persaingan, maka hal itu pula yang terjadi dalam boom tanaman hias dewasa ini. Secara spekulatif dapat diartikan, dalam boom tanaman hias dewasa ini orientasi utamanya adalah kalah atau menang, untung atau rugi, dalam arti memperoleh atau kehilangan lembaran-lembaran rupiah. Hubungan semacam itu justru yang sering disingkiri kaum perempuan.
Tidak ada yang salah dengan pendekatan bisnis semacam itu. Tetapi alangkah mulianya, bila nilai-nilai keindahan, sentuhan feminitas yang lembut dan manfaat ekologis dari tanaman hias itu juga dimunculkan. Misalnya bagaimana mereka-mereka yang sudah menjadi jutawan itu sukarela menghias arena publik terbuka dengan tanaman-tanaman yang mampu menyedapkan mata, memperteduh suasana dan menyehatkan kita semua warga. Apalagi di tengah ancaman serius bahaya pemanasan global dewasa ini terhadap satu-satunya bumi yang kita huni ini, ikhtiar menanam satu pohon saja sudah merupakan usaha yang bermakna.
Bambang Haryanto
Pemilik tanaman lavender (anti nyamuk)
Jl. Kajen Timur 72 Wonogiri 57612
Warga Epistoholik Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar