Jumat, 04 Juli 2008

Global Warming, Anthurium dan Hipokrasi Kita

Oleh : Bambang Haryanto


Inconvenient Truth. “The warnings are rather chilling. Around 2,000 islands will disappear from Indonesia's map due to rising sea levels,” demikian pembuka artikel dari Kanis Dursin di harian The Jakarta Post, 1/5/2007. Peringatan itu terdengar menakutkan. Sekitar 2 ribu pulau akan lenyap dari peta Indonesia akibat kenaikan permukaan air laut sebagai dampak pemanasan global.

Ia lanjutkan bahwa semua kota-kota pantai dan perumahan di tepi laut akan tenggelam. Seperti lelucon dalam foto di atas, bahkan Patung Liberty di AS pun harus menggunakan pelampung agar tidak tenggelam.

Selebihnya, satwa liar, terutama yang dilindungi, akan punah. Banjir, tanah longsor, badai dan angin ribut akan menjadi peristiwa rutin, sementara penyakit akan menghantui seluruh penghuni jagat ini. Walau pun demikian, sebagian besar penduduk Indonesia tidak menyadari angka-angka statistik yang menakutkan itu.

Mereka juga jauh dari siap melakukan aksi konkrit untuk mengantisipasi pemanasan global. Survei ACNielsen menunjukkan 28 persen warga dewasa di perkotaan menyadari ancaman pemanasan global, tetapi hanya separonya yang menganggapnya sebagai masalah yang serius.

Pesan mengenai seriusnya ancaman pemanasan global yang dikampanyekan mantan Wakil Presiden AS, Al Gore, dengan film dokumenter Inconvenient Truth yang meraih Oscar dan mendaulat dirinya sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian, syukurlah bukan pesan yang sia-sia.

Ketika menjelajahi arena Karanganyar Mega Expo Nasional 2008 di kompleks Gedung Wanita Karanganyar, saya menemukan pesan mengenai seriusnya ancaman pemanasan global itu. Tentu saja, pesan satu ini terkait dengan cakrawala pemahaman salah satu pelaku bisnis tanaman hias.

Sebuah terobosan kemajuan. Walau dari arena yang sama kita menemukan manifestasi sikap hipokrit, kemunafikan, pada diri kita sendiri pula. Terjadi di sana apa yang disebut sebagai cognitive dissonance, atau nalar yang tidak nyambung. Simak foto-foto berikut ini :

Photobucket

Pesan dari Benowo. Pemanasan global menurut Agus Kuntoro (kanan, dapat dihubungi di : 08562985031) dari Dhana Mulya Nursery, Benowo, Ngringo, Jaten, Karanganyar ini, antara lain akan membuat berlubangnya lapisan ozon di atmosfir. Keadaan ini akan memperparah bumi dan penghuninya karena hajaran yang lebih masif oleh sinar ultra violet, termasuk menurutnya, akan mempengaruhi kualitas warna daun anthurium. Solusinya adalah dengan menggalakkan penghijauan, tentu saja termasuk penanaman tanaman hias pula.

Photobucket

Anti Kampanye Pemanasan Global. Misi kampanye luhur Agus Kuntoro di atas nampak diametral dengan kebijakan panitia. Kita tahu, pemanasan global antara lain akibat akumulasi gas-gas rumah kaca yang bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil. Siapa biang kerok utama pembakar bahan bakar fosil itu di dunia ? Mobil dan motor.

Photobucket

Sementara itu dalam selebaran dinyatakan bahwa panitia Karanganyar Mega Expo Nasional 2008 telah menyediakan 2 mobil dan 13 motor untuk para pemenang kontes anthurium, hadiah sepeda motor, komputer dan laptop untuk pemenang kontes putri anthurium, dan 2 buah sepeda motor untuk para pengunjung yang beruntung.

Apa yang bisa kita tarik dari kekontrasan ini ? Saya tunggu pendapat Anda.


mf

Selasa, 01 Juli 2008

Batu Indah Di Tengah Dedaunan

Oleh : Bambang Haryanto



Politikus ngumpet. “Under every stone lurks a politician.” Itulah kata-kata dari dramawan komedi Athena, Yunani, Aristophanes (450 M-385 SM). Pada setiap bebatuan akan terdapat politisi yang bersembunyi di sebaliknya.

Pepatah itu rasanya menyambung bila dikaitkan dengan kehidupan kaum politisi yang memiliki motif-motif tersembunyi. Ketika akhir-akhir ini semakin sering kita dengar kabar bahwa anggota DPR Pusat atau daerah ditangkap karena dugaan korupsi, maka ucapan Aristophanes itu belum usang relevansinya sampai saat ini di Indonesia.

Tetapi ketika Anda mengunjungi Karanganyar Mega Expo Nasional 2008, lalu menengok stan dari Reefress Gardening, Anda memang menemui jajaran batu-batu di sana. Tentu saja, tidak ada politikus yang mengumpet di sebaliknya. Di sana akan anda temui pelbagai bentuk seni batu untuk menghias taman.

Semua tersaji secara indah. Dipadu dengan aliran air, dengan pelbagai variasi, totalitasnya menghadirkan sebuah oasis yang meneduhkan. Saya bahkan menyebutnya : di tengah kehidupan yang penuh tekanan dan stres, sajian seni batu yang mereplikasikan alam itu bisa menjadi sebuah terapi yang menjanjikan kesegaran.

Photobucket

Imajinasi bebas. “Konsumen dapat membawa desain mereka sendiri dan kami siap mengerjakannya,” tutur Taufiq yang sedang berpose di depan karya yang berjudul Canting. Nampak tiga replika canting berundak yang mengalirkan air. Kebebasan imajinasi konsumen untuk menciptakan karya yang unik bagi tamannya mendapat apresiasi yang tinggi dari Reefress Media Persada.

Menggusur kebosanan. Stan ini unik. “Kami sedang berusaha mencari jodoh dengan para pebisnis tanaman hias yang banyak berpameran di sini,” kata Taufiq, pria asal Malang, yang menjadi penjaga stan menarik ini. Maksudnya, bagaimana kedua kubu itu mampu mengharmonisasikan antara tanaman hias dengan produk-produk patung batu yang menjadi produk CV Reefress Media Persada dari Yogyakarta ini.

Saya bukan fanatikus tanaman hias semacam anthurium. Tetapi sepanjang yang saya ikuti dari pameran atau pun liputan media, secara visual penampilannya selalu membosankan. Selalu saja potnya dari bahan plastik, warna hitam atau oranye. Ornamennya pun kodian. Hanya fungsional semata, sehingga belum merambah niatan menghadirkan harmoni yang serasi dan menawan antara pot, tanaman dan lingkungan.

Pematung kelas dunia dari Inggris yang terkenal dengan patungnya berjudul “Reclining” (foto atas), Henry Moore (1898–1986), pernah bilang bahwa mematung dengan bahan bebatuan seharusnya menampilkan kejujuran bebatuan itu sendiri. Produk teman-teman kita dari Yogya ini, antara lain Anwar (0274-7143000), Neny (0274-7003000) dan Taufiq (0818270653), telah berusaha keras menampilkan “undang-undang” dari Moore tersebut.

Alamat kontak : CV Reefress Media Persada, Jl. Pangeran Mangkubumi 2 Yogyakarta, Kompleks Pasar Bunga Kedaung Kav. 11. Telepon : 0274-6535353. Fax : 0274-378813. HP : 08522812800.

mf

Senin, 30 Juni 2008

Blog, Jeruk Bali Madu dan Anthurium

Oleh : Bambang Haryanto


Senjata baru pemasar. Dunia pemasaran saat ini semakin tidak bisa dipisahkan dari dunia internet. Dengan adanya weblog atau yang lebih dikenal dengan blog, pemasar (marketer) makin dipermudah dalam mengoptimalkan aktivitas mereka.

Demikian diungkapkan Ridwan Sanjaya, Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Katholik Soegijapranata dalam acara Gathering Indonesia Marketing Association (IMA) Jateng bertema “Blog Marketing : The New Era of Cyberspace,” di Borobudur Ballroom Hotel Santika Premier Semarang, Kamis (27/9/2007).

Photobucket

Itulah sebabnya, lanjut Ridwan, bagi pemasar yang ingin sukses mau tidak mau harus mengambil manfaat dari teknologi ini bagi kepentingan bisnisnya. “Pemanfaatan blog tak lagi sebatas pada kalangan individu semata. Beberapa perusahaan besar seperti Microsoft, IBM, Kecap Bango, Elexmedia telah memanfaatkan untuk kepentingan bisnis mereka. Ini merupakan perkembangan positif dari fungsi blog sekaligus membuktikan bahwa blog tidak kalah dengan website.”

Menurut Ridwan, blog adalah sahabat mesin pencari seperti Yahoo dan Google. Selain itu, blog juga bisa sebagai alat komunikasi langsung dengan konsumen dan membangun citra. “Blog merupakan media dan public relation yang bagus.”

Banyak fitur dalam blog yang mendukung pemasaran. Diantaranya sebagai viral marketing. “Pemasaran melalui mulut ke mulut lebih efektif dibanding iklan seindah apa pun. Lagi pula memasarkan melalui blog itu iklan tanpa batas wilayah,” tambah Ridwan.

Selain itu, blog mudah ditulis, mudah dicari, dan lebih mudah dalam membangun jaringan dengan konsumen. “Bayangkan jika ada 100 orang yang melihat blog. Itu berarti ada komunitas baru. Dan itu sangat bermanfaat untuk promosi yang mudah dan murah,” jelasnya.

Photobucket

Baru dua ? Paparan di atas merupakan isi dari berita yang berjudul “Pemasaran melalui Blog Lebih Efektif” yang dimuat di harian Suara Merdeka, Jumat, 28 september 2007 : 4. Isi tersebut merupakan ilham yang terpercik di kepala saya saat memasuki arena Karanganyar Mega Expo Nasional 2008 di Gedung Wanita Kabupaten Karanganyar. Saya mengunjunginya dua kali, saat sebelum pembukaan (24/6) dan tanggal 28 Juni 2008 yang lalu.

Saya ingin melihat-lihat bagaimana pebisnis tanaman hias khususnya memanfaatkan teknologi informasi. Dari spanduk yang terpampang, saya baru menemukan dua stan yang menunjukkan data tersebut. Spanduk pertama adalah di stan Jeruk Bali Madu asal Pati. Sekadar info, spanduk dan blog dari bisnisnya Bapak Sukir S.Pd ini sayalah (Bambang Haryanto) yang merancangnya. Alamat lengkapnya : Desa Bageng, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Nomor HP : 081577724960.

Stan kedua adalah Deni Nursery & Gardening yang berasal dari Karangpandan. Alamat situsnya : http://deninursery.blogspot.com. Alamat lengkapnya : Jl. Raya Solo-Tawangmangu Km 33,5 Gerdu, Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah. Telepon : (0271) 7077407.

Khusus pemesanan bibit Anthurium, silakan hubungi Ibu Didik, di : 0816676771. Pemesanan melalui email di : deninursery@gmail.com dan deninursery@yahoo.co.id.

Saya telah mengunjungi blog tersebut. Untuk ikut mendorong dan menyemangati pemanfaatan blog secara lebih komprehensif, saya telah berkirim SMS ke nomor HP-nya Ibu Didik. Antara lain saya usulkan, semoga “blognya bisa lebih ramai.” Syukurlah, Ibu Didik pun memberikan tanggapan yang positif. Terima kasih Ibu, sukses selalu untuk Deni Nursery & Gardening !


mf

Jumat, 27 Juni 2008

Kiat Sukses Menjual Ke Sesama Peserta Pameran

Oleh : Bambang Haryanto


Sayangilah tetangga. Ketika Anda sedang mengikuti pameran atau bursa, camkanlah pepatah ini. Karena bukan tidak mungkin, para tetangga baru Anda itulah yang merupakan konsumen Anda yang pertama kali. Dan sekaligus kemudian menjadi pelanggan utama Anda di masa depan.

Simak pengalaman Pak Sukir Spd, pekebun buah jeruk bali madu dari Pati. Ia pernah memboyong 2 truk –setara 8 ton-- jeruk besar ke Pameran Trubus Agro Expo 2006 di Taman Bunga Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur. Di pameran itulah jeruk bali madu menyedot perhatian pengunjung dan sesama peserta stan. “Luar biasa. Itu jeruk paling enak yang pernah saya cicipi. Manis tanpa rasa asam,” kata Ganis Harsono, pemilik Garfazh Utama Nurseri, di Jakarta.

Ucapan Ganis Harsono tersebut kemudian dikutip oleh majalah pertanian berwibawa, Trubus (No.446, Januari 2007 : hal.62- 63), yang memuat liku-liku menarik tentang asal-muasal tanaman jeruk bali madu dan kiprah Pak Sukir sejak tahun 1988.

Prestasi Pak Sukir yang terukir di Majalah Trubus itu saya temui ketika beliau memboyong jeruk bali madu untuk pameran di Wonogiri. Saat itu saya tawarkan kepadanya, agar bisnisnya iitu dibuatkan blog di Internet.Sungguh suatu kejutan, beliau langsung menerima.

Untuk mendorong pebisnis produk pertanian atau pun florikultura berkenalan dengan sarana kehumasan dan juga promosi di dunia maya, kini saya pun sedang berkampanye menjual jasa perancangan blog tersebut.

Di bawah ini adalah kutipan selebaran yang saya edarkan kepada peserta Karanganyar Mega Expo Nasional, yang diselenggarakan 25 Juni-5 Juli 2008 di Gedung Wanita Kabupaten Karanganyar.

“Semoga stand Anda di Karanganyar Mega Expo Nasional 2008 sukses besar dan laris manis secara bisnis. Jangan lupa, binalah hubungan dengan para pengunjung sebanyak mungkin. Mereka potensi konsumen Anda di masa depan. Manfaatkanlah situs blog di Internet untuk mengikat mereka, sehingga dengan sukarela mereka menjadi agen pemasaran dan tukang promosi bagi bisnis Anda !


APAKAH BLOG ITU ?
Blog dapat diumpamakan sebagai ALBUM FOTO KELUARGA dan juga BUKU HARIAN ANDA di Internet. Isi blog sengaja dibuka untuk diketahui orang lain – dari seluruh dunia. Manfaatnya : untuk mempromosikan bisnis atau pun menyebarluaskan gagasan/pemikiran Anda, memelihara hubungan baik, menjaga reputasi, meningkatkan trust atau rasa percaya pada stake holder bisnis Anda.


APA MANFAAT VITAL SITUS BLOG BAGI BISNIS ANDA ?
Melalui blog Anda dapat mengeratkan hubungan dengan pelanggan Anda. Jadi hubungan bisnis tidak terhenti ketika transaksi jual-beli selesai. Dengan memajang cerita dan foto-foto Anda bersama mereka, blog Anda tersebut menjadi album foto kenangan dan album cerita milik mereka juga. Mengingat kecenderungan orang suka bercerita, maka blog Anda berpotensi memicu komunikasi word of mouth atau gethok tular, untuk semakin menterkenalkan layanan, produk dan nama baik bisnis Anda.

Peserta Karanganyar Mega Expo Nasional 2008 yang tercatat sudah memiliki blog antara lain Bapak Sukir, SPd (HP : 08157724960), petani/pionir Jeruk Bali Madu dari Pati. Nomor standnya 72 dan Anda akan dilayani oleh Haris (foto). Alamat situs blognya : http://jerukbalimadu.blogspot.com

Untuk konsultasi lebih lanjut tentang manfaat blog bagi sukses bisnis Anda, silakan kontak : BAMBANG HARYANTO, +6281329306300. Email : humorliner (at) yahoo.com. Blog Marketiva Florikultura : http://florikultura.blogspot.com


mf

Rabu, 19 September 2007

Pria Mabuk Gelombang Cinta

Kalau Anda menonton pameran tanaman hias, cermatlah melihat sekeliling. Semoga saya tidak salah, karena menurut pengamatan saya, sebagian besar yang menjaga pelbagai stan itu kebanyakan kaum pria. Ada apa ini ? Kalau selama ini bunga, tanaman hias dan hal yang indah-indah sering dikonotasikan sebagai ranahnya kaum perempuan, tetapi di jaman orang mabuk Jenmanii dan asyik masyuk dalam ayunan pesona Gelombang Cinta, justru kaum pria yang mendominasinya.

Ada dugaan, karena dalam gejolak tanaman hias saat ini sangat kental bau bisnisnya. Juga bau spekulasinya. Tentu saja menyangkut perputaran uang yang tinggi. Apalagi bila mengingat tesisnya Deborah Tannen bahwa di kalangan pria itu lajim terjadi hubungan secara hirarkis, ada yang di atas dan ada yang harus di bawah, kalah-menang, persaingan, maka hal itu pula yang terjadi dalam boom tanaman hias dewasa ini. Secara spekulatif dapat diartikan, dalam boom tanaman hias dewasa ini orientasi utamanya adalah kalah atau menang, untung atau rugi, dalam arti memperoleh atau kehilangan lembaran-lembaran rupiah. Hubungan semacam itu justru yang sering disingkiri kaum perempuan.

Tidak ada yang salah dengan pendekatan bisnis semacam itu. Tetapi alangkah mulianya, bila nilai-nilai keindahan, sentuhan feminitas yang lembut dan manfaat ekologis dari tanaman hias itu juga dimunculkan. Misalnya bagaimana mereka-mereka yang sudah menjadi jutawan itu sukarela menghias arena publik terbuka dengan tanaman-tanaman yang mampu menyedapkan mata, memperteduh suasana dan menyehatkan kita semua warga. Apalagi di tengah ancaman serius bahaya pemanasan global dewasa ini terhadap satu-satunya bumi yang kita huni ini, ikhtiar menanam satu pohon saja sudah merupakan usaha yang bermakna.

Bambang Haryanto
Pemilik tanaman lavender (anti nyamuk)
Jl. Kajen Timur 72 Wonogiri 57612
Warga Epistoholik Indonesia

Rabu, 22 Agustus 2007

Speaking Another Language

Oleh : Bambang Haryanto



Inferno-nya Dante. Telepon genggam jadi bahan lelucon. Adalah majalah terkenal Reader’s Digest pernah memuat cerita tentang seorang penjaja yang menawarkan telepon jenis baru, yang membuat pemiliknya mudah dihubungi selama 24 jam sehari. Yang ditawari itu kemudian malah menukas, “Bila Dante yang Anda tawari maka ia akan menambahkan lagi satu neraka dalam karyanya !”

Yang disebut Dante itu adalah penyair Italia, Dante Alighieri (1265–1321), yang menulis karya terkenal Divina Commedia. Salah satu baitnya yang terkenal mengisahkan bahwa di depan pintu inferno, neraka, antara lain tertulis inskripsi berbunyi, per me si va nella città dolente, per me si va nell' eterno dolore , melewati diriku adalah jalan menuju kota penuh duka, melaluiku adalah jalan menuju siksaan yang abadi.

Terus terang, saya tidak tertawa membaca lelucon “kelas tinggi” dari Reader’s Digest itu. Tetapi gara-gara telepon genggam saya pernah merasa sedang berada di tengah “neraka.” Ceritanya : sang pemilik telepon genggam yang berhasil “menyiksa” saya itu adalah pemilik nursery tanaman hias. Saya merasa tersiksa mungkin sebagai akibat logis betapa bisnis tanaman hias, paling tidak bisnis teman baru saya itu, sedang mengalami booming yang membuat dirinya bertubi-tubi terus dihubungi. Dua telepon genggamnya tak pernah terhenti deringnya dan membuat ia terus sibuk dengan keduanya. Padahal, saat itu ia sedang bertamu di rumah saya.

Sebut saja, mungkin saya sedang sial saat itu. Minimal saya rupanya sedang ketamuan seseorang, yang katakanlah, kurang mampu memiliki rasa empati. Ia sepertinya tak memahami untuk mampu berbicara dalam “bahasa” lain. Bahasa lain itu bukanlah bahasa Italia, Jerman atau Perancis (mudah mengingatkan saya akan Anez dan Grigrinya), tetapi pemahaman terhadap perspektif dari lawan bicara. Gampangnya : apa yang kira-kira akan ia rasakan bila lawan bicaranya selalu sibuk berfokus pada telepon genggam seperti yang ia lakukan saat itu ?


Nasehat Joe Girard. Teman baru saya yang pebisnis tanaman hias itu, hemat saya, sebaiknya membaca buku How To Sell Yourself-nya Joe Girard (1981). Joe Girard ini tercatat di The Guinness Book of World Record sebagai penjaja, salesman terhebat di dunia.

Joe Girard dalam bukunya itu telah mengutip kiat kampiun pemasaran lainnya, yaitu Buck Rodgers dari perusahaan raksasa komputer IBM. Tercatat bahwa Buck Rodgers selalu menuntut personil armada penjualan komputernya agar mampu berbahasa lain, .speaking another language, yang tidak lain adalah bahasa calon pembelinya. Bayangkan betapa membingungkan apabila penjual komputer IBM itu berkata seperti berikut ini kepada calon pembelinya :

“Saya ingin menjual kepada Anda sistem elektronik transistor yang unitnya saling terintegrasi, mampu diprogram dengan masukan ribuan input, terentang dari kontrol inventarisasi, membuat faktur, sampai fasilitas penyimpanan bank memori, data yang mudah diakses, kemampuan antarmuka dengan seluruh fasilitas pendukung”.

Paparan berbau teknis itu mungkin terdengar keren, tetapi para konsumen jelas tidak memahaminya. Buck Rodgers meralatnya, dengan pernyataan bahwa hal tersebut merupakan kekeliruan yang fatal. “Kita berbisnis adalah memberikan solusi untuk memecahkan problem para pelanggan kita”, tuturnya. Ia menekankan bahwa perusahaannya tidaklah menjual komputer, melainkan menjual manfaat komputer bersangkutan. Rodgers pun memberikan koreksi terhadap bahasa penjualan yang berbau esoterik dan sangat teknis tadi ke dalam bahasa yang lebih mudah difahami oleh konsumen kebanyakan. Bunyinya :

“Saya memiliki sarana yang mampu mendukung Anda mengerjakan pekerjaan secara lebih mudah, mampu mengurangi biaya operasional, sehingga perusahaan Anda mampu memberikan layanan yang lebih baik lagi kepada para pelanggan Anda.”

Sebagai pebisnis, fahamilah untuk selalu berusaha berbicara dari kacamata konsumen atau lawan bicara Anda. Baik ketika terjadi kontak secara langsung, dalam teks brosur atau leaflet Anda, juga dalam situs web atau blog Anda di Internet. Dengan pola pikir seperti ini Anda akan terancam terhindar masuk “neraka” di mana dalam konteks teman baru saya tadi, barangkali “neraka” bagi dirinya adalah : terus terang, saya harus berpikir ulang bila hendak menemuinya lagi. Teman baru saya itu telah gagal dalam menjual diri pribadinya !


Wonogiri, 22/8/2007


mgf

Selasa, 21 Agustus 2007

Akrobat Pak Koco dan Pebisnis Tanaman Hias

Oleh : Bambang Haryanto




Rebusan Manusia. Pak Koco sosoknya ramping. Rambutnya ikal, wajahnya mirip almarhum pelawak Leysus. Rumahnya di Gerdu, belakang terminal bis Wonogiri. Di tahun 60-an ia menjadi buah bibir anak-anak Wonogiri. Ia pandai berakrobat, naik sepeda beroda satu. Ia pun pandai bercerita. Panggungnya adalah tanah lapang di bagian utara pasar Wonogiri, di bawah rindangnya pohon trembesi raksasa.

Pak Koco adalah penjual obat. Bagi kami, anak-anak setingkat SD, obat yang beliau jual tidak menjadi perhatian utama kami. Yang menarik adalah cerita Pak Koco. Juga akrobatnya. Cerita yang sering ia tuturkan adalah mengenai pelbagai macam cara orang untuk bisa cepat kaya secara mendadak, dengan mencari pesugihan, atau bekerja sama dengan roh halus atau setan.

Di sekitar tempat duduk sang asistennya bertalu-talu menabuh genderang, bertebaran gambar beragam teknik mencari pesugihan itu. Dan, menariknya, ada pula gambar-gambar mengenai hukuman dari Allah untuk mereka yang melakukan hal sesat itu. Misalnya ada gambar rangka bangunan rumah, tetapi konstruksinya terdiri dari sambungan tubuh-tubuh manusia. Ada pula manusia yang masuk bejana, sementara di bagian bawah bejana itu berkobaran api yang besar. Rebusan manusia !

Ketika kerumunan sudah lumayan banyak, di selang-seling akrobat dan cerita, Pak Koco mulai mempromosikan obat-obatnya. Yang saya ingat, obatnya itu antara lain mampu menyembuhkan perut yang sakit dengan kondisi yang ia sebut sebagai mblabak, atau mengeras seperti papan. Mungkin, kalau saya tidak salah, hal semacam itu merupakan kondisi parah untuk sakit sirosis, pengerasan hati. Ayah saya, Kastanto Herndrowiharso, meninggal tahun 1982 dalam usia 54 tahun, juga akibat sakit yang sama.

Khasiat lain dari obat Pak Koco adalah untuk melancarkan aliran kencing. Dalam demo, botol obatnya itu ia kocok-kocok, lalu mengeluarkan desis dan pancaran air. Persis adegan ritus pembalap F1 seperti Michael Schumacher atau Lewis Hamilton ketika melakukan wine celebration setelah dianugerahi trofi kemenangan.



Ekonomi Atensi. Strategi bisnis Pak Koco saat itu kalau di jaman sekarang tidak ubahnya tayangan pelbagai infotainment di televisi-televisi kita. Para selebritis kita itu berulah dari A sampai Z agar menarik perhatian media dan pemirsa. Kalau perlu, dan ini sering terjadi, hal-hal heboh itu justru dikreasi, diada-adakan. Mereka berebut perhatian, karena salah satu sistem ekonomi yang dominan dan berlaku dewasa ini adalah attention economy, ekonomi atensi.

Teladan dari Pak Koco dan ulah para selebritis itu, hemat saya, sebaiknya juga ditiru oleh para pebisnis tanaman hias kita. Sekadar contoh, ketika saya mengitari pelbagai stan dalam Gebyar Wonogiri Flora Expo 2007 (13-22 Juli 2007), saya merasakan suasana bland, hambar, juga seragam antara satu stan dengan stan lainnya. Mungkin saya berlebihan bila mengharap para pebisnis tanaman hias itu tampil berakrobat seperti Pak Koco atau tampil heboh plus seksi seperti para selebritis. Tetapi rata-rata mereka memang tidak melakukan sesuatu “aksi” yang mampu menimbulkan kesan manis yang dapat dijadikan cerita.

Mungkin saya salah, tetapi para pemilik stan tanaman-tanaman hias itu nampak mencolok hanya menomorsatukan transaksi. Jualan. Jualan. Dan jualan. Sepertinya mereka menganggap, atau menaruh harapan satu-satunya bahwa semua orang yang datang adalah mereka yang sudah faham beragam tanaman hias, termasuk yang muahal-muahal itu, dan lalu siap membelinya.

Fasilitas promosi yang mereka sediakan paling banter hanyalah kartu nama, tetapi banyak juga yang tidak memilikinya. Tidak banyak yang menyediakan brosur yang bersifat edukatif, misalnya menerangkan manfaat tanaman hias bagi kesehatan atau kesejahteraan rohani sampai hal-hal teknis seperti pengaruh Ph tanah bagi tanaman, cara-cara mengukur dan solusi lainnya.

Tidak ada pula aksi untuk melibatkan pengunjung. Misal mengadakan kuis dengan hadiah-hadiah sederhana, baik pot, tanaman hias yang masih kecil sampai kaos yang diumumkan ketika pameran akan usai. Saya pribadi rada gatal kalau mendengar beberapa pebisnis tanaman hias yang gemar koar-koar bahwa tanaman hiasnya laku dengan harga berjut-jut. Kemudian jengkel berat saya kumat kalau melihat mereka itu begitu pelit untuk mengadakan aksi promosi guna mendidik konsumen atau melakukan aksi kehumasan guna membangun nama baik atau reputasi, demi kelanggengan masa depan bisnis mereka.

Pak Koco berusaha menjual produk obatnya dengan cara menarik. Menabuh genderang. Bercerita. Memberikan informasi. Paling tidak, ia tampil memikat sehingga mampu meninggalkan kesan. Bahkan sampai berpuluh tahun kemudian, hingga menjadi cerita yang Anda baca ini.

Nah Anda para pebisnis tanaman hias, sesudah Anda mengikuti sesuatu pameran atau bursa, adakah seseorang yang kemudian mengontak Anda ? Saya harapkan itu yang terjadi. Sukses untuk Anda.


Wonogiri, 22/8/2007


mgf